100 tahun kebangkitan Nasional "Indonesia Bisa"

Jumat, 22 Agustus 2008

Speedy Cyber Competition Balikpapan untuk Lomba Game Dota dan Ayodance

Speedy Cyber Competition untuk Lomba Game DOTA dan AyoDance di laksanakan di RadjaNet Jl. Jnd. A. Yani No.16 Gsi Balikpapan pada tanggal 15-18 Agustus 2008, yang di ikuti oleh banyak pesrta:) --> :), yaitu untuk lomba dota di ikuti oleh 48 tim dan Lomba AyoDance 28 Peserta.
Gbr: Lokasi Radjanet

Lomba Dota di ikuti dari dari berbagai peserta sekolah dan umum. acaranya dimulai tangal 15 agustus yang dibuka langsung oleh peserta pelajar sekitar jam 17:00 yang tepatnya setelah teknical miting selesai. kemudian untuk lomba AyoDance dimulai tanggal 18 agustus sekitar jam 13:00 yang juga di ikuti para peserta pelajar dan umum.

Gbr: Suasana pertandingan Lomba Game Dota

Gbr: Salah satu peserta Lomba AyoDance

Read More......

Jumat, 08 Agustus 2008

100 Tahun Kebangkitan Nasional

Tahun ini bangsa Indonesia memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional. Tanggal 20 Mei merupakan hari Kebangkitan Nasional yang diperingati oleh bangsa Indonesia setiap tahunnya. Tahun ini peringatan tersebut terasa spesial, karena memerupakan momentum satu abad Kebangkitan Nasional untuk membangkitkan negara kita dari keterpurukan diberbagai bidang.

Kebangkitan nasional adalah masa bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting, yaitu berdirinya Boedi_Oetomo 20 Mei 1908 dan ikrar Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928 Masa ini merupakan salah satu dampak Politik_etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.

Tokoh-tokoh kebangkitan nasional, antara lain: Sutomo, Gunawan, dan Tjipto Mangunkusumo, dr. Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara), dr. Douwes Dekker, dll
Selanjutnya pada 1912 berdirilah partai politik pertama Indische Partij. Pada tahun ini juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (Yogyakarta) dan Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera di Magelang.
Suwardi Suryoningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis Als ik eens Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda), 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah jajahan Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryoningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi “karena boleh memilih”, keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Indonesia.



Read More......

Jumat, 25 Juli 2008

Kebangkitan di Bidang TI

Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu prioritas yang penting dan strategis Keberhasilan pengembangkan SDM yang mungkin terlaksana jika ditunjang sebuah sistem informasi yang dapat di akses dan di dukung keberadaannya oleh SDM ybs. Sistem informasi tsb. dapat meliputi integrasi berbagai perpustakaan, jurnal ilmiah, majalah ilmiah dan media elektronik. Dengan pesatnya perkembangan dunia komputer, keberadaan sebuah sistem informasi elektronik berbasis komputer / jaringan komputer yang mengkaitkan berbagai kalangan di Indonesia yang sifatnya sangat stategis dalam menumpu perkembangan ilmu pengetahuan & teknologi Indonesia.
Dalam era globalisasi dan komputerisasi, sistem informasi elektronik tidak hanya memegang peranan yang sangat strategis dalam membentuk SDM akan tetapi juga berbagai unsur pembangun. Integrasi berbagai informasi yang ada dilapangan akan menjadi sangat strategis sekali sifatnya dalam melakukan perencanaan / antisipasi dan pengendalian. Hal ini sangat diperlukan untuk melakukan melakukan justifikasi kebijakan-kebijakan pada tingkat nasional maupun regional.
Tanpa didukung sistem informasi yang integral akan sulit sekali bagi berbagai unsur pembangun untuk melakukan antisipasi maupun perencanaan pembangunan untuk jangka panjang .

Mengapa justru media tulis menulis menjadi strategis untuk membantu proses belajar mengajar? jika kita bandingkan dengan media informasi elektronik televisi dan radio, perbedaan utama yang ada adalah pada media tulis menulis - pembaca dapat dengan mudah membalik-balik bukunya dan membaca dengan kecepatan si pembaca. Hal ini sangat menguntungkan dalam memperlancar proses penyerapan isi pengetahuan yang ada dalam buku tersebut. Keuntungan ini tidak terdapat pada media elektronik media broadcast televisi maupun radio yang sangat sulit disesuaikan kecepatan pengiriman informasinya dengan kemampuan menerima si penerima informasi. Akan tetapi keuntungan utama media televisi dan radio memungkinkan seseorang untuk melakukan interaksi dua arah. Jadi kita perlu mencari alternatif media yang memungkinkan untuk memperoleh keuntungan yang ada pada media tulis buku maupun media interaktif televisi dan radio.


Dengan berkembangnya dunia faktor kecepatan pemindahan informasi dalam jumlah yang besar menjadi sangat penting. Adakah alternatif teknologi informasi yang memungkinkan pemindahan informasi secara cepat akan tetapi juga dapat mempertahankan sifatnya sebagai media tulisan supaya memudahkan seseorang untuk mencerna informasi dengan kecepatannya sendiri? Tantangan ini tampaknya terjawab dengan keberadaan teknologi komputer yang dapat kita gunakan bukan hanya untuk mengirimkan media tulisan tapi juga gambar. Bahkan dengan peralatan komputer dengan mudah seseorang membuka berkas-berkas yang ada untuk memahami isinya dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan penerimaan seseorang.

Mari kita bayangkan jika komputer-komputer yang ada di seluruh pelosok Indonesia di kaitkan satu dengan lainnya, hal ini akan sangat memudahkan pengiriman berkas-berkas elektronik dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal ini berarti pula pelajaran-pelajaran dapat disebarkan secara cepat. Bahkan tidak terbatas pada aplikasi pengiriman berkas saja, kita juga dapat berinteraksi langsung dengan yang lain, yang mungkin berada di tempat yang jauh. Hal ini memungkinkan Teknologi jaringan komputer membuka kemungkinan pembangunan SDM secara effisien tanpa perlu terikat pada dimensi ruang dan waktu. Dan pada akhirnya menjadi awal terjadinya kebangkitan nasional ke dua di Indonesia yang berbasis teknologi infomasi.

Republik tercinta ini cukup beruntung karena melihat bahwa ternyata Indonesia sistem komunikasi cellular dan radio sangat berkembang pesat. Hal ini sangat berbeda dengan perkembangan yang ada di dunia barat. Perkembangan yang pesat dari teknologi komunikasi cellular dan radio ini dikarenakan kapasitas telepon terpasang di Indonesia sangat memadai. Hal ini ternyata juga telah memicu terbentuknya jaringan komputer tanpa kabel di Indonesia karena biaya yang dibutuhkan relatif murah dan memungkinkan untuk mengembangan jaringan secara cepat dengan teknologi yang sederhana dan dapat dibuat sendiri di Indonesia.

Saat ini jaringan komputer di Indonesia terus berkembangan dengan menggunakan teknologi packet radio dan peralatan yang sepenuhnya dibuat sendiri di Indonesia tanpa terikat pada lisensi maupun hak paten. Penggunaan radio sebagai media komunikasi sangat menguntungkan karena biaya operasi yang sangat rendah sehingga memudahkan pengembangan jaringan ke daerah terpencil. Kesemua ini telah membuktikan bahwa sebetulnya bangsa Indonesia mampu untuk menumpu perkembangan teknologi informasi menggunakan teknologi yang dikembangkan sendiri di Indonesia.

Berbagai hal telah beroperasi dengan berjalannya jaringan komputer ini antara lain berbagai aktifitas informasi yang akan membuka terobosan baru di dunia pendidikan Indonesia khususnya untuk proses pemerataan pendidikan di Indonesia yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan jarak jauh secara elektronik yang sangat effisien.

Ternyata inisiatif ini telah berkembang tidak hanya dalam lingkungan perguruan tinggi akan tetapi juga pada tingkat sekolah menengah khususnya. Beberapa usaha untuk menjadikan perakitan modem untuk jaringan komputer ini sedang diusahakan untuk dikaitkan dengan mata pelajaran prakarya elektronika yang selanjutnya dapat digunakan untuk membangun jaringan komputer di sekolah-sekolah menengah dengan bertumpu pada kemampuan para siswa itu sendiri. Mudah-mudahan hal ini dapat menjadi awal terbentuknya sebuah masyarakat ilmiah berbasis pada sistem informasi yang menjadi dasar kebangkitan nasional ke dua.

Revolusi dalam dunia komputer dan telekomunikasi telah membuka wawasan baru khususnya bagi dunia pendidikan dan penelitian di Indonesia. Bukan mustahil dengan berkembangnya jaringan komputer di Indonesia akan membuka nuansa baru bagi proses pembentukan SDM melalui pemerataan pendidikan dan informasi. Hal ini pada akhirnya diharapkan dapat menjadi basis dari kebangkitan nasional Indonesia ke dua.

Read More......

Rabu, 23 Juli 2008

Latar Belakang Budi Utomo

Budi Utomo lahir dari pertemuan-pertemuan dan diskusi yang sering dilakukan di perpustakaan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen oleh beberapa mahasiswa, antara lain Soetomo, Goenawan Mangoenkoesoemo, Goembrek, Saleh, dan Soeleman. Mereka memikirkan nasib bangsa yang sangat buruk dan selalu dianggap bodoh dan tidak bermartabat oleh bangsa lain (Belanda), serta bagaimana cara memperbaiki keadaan yang amat buruk dan tidak adil itu. Para pejabat pangreh praja (sekarang pamong praja) kebanyakan hanya memikirkan kepentingan sendiri dan jabatan. Dalam praktik mereka pun tampak menindas rakyat dan bangsa sendiri, misalnya dengan menarik pajak sebanyak-banyaknya untuk menyenangkan hati atasan dan para penguasa Belanda.
Para pemuda mahasiswa itu juga menyadari bahwa orang-orang lain mendirikan perkumpulan hanya untuk golongan sendiri dan tidak mau mengajak, bahkan tidak menerima, orang Jawa sesama penduduk Pulau Jawa untuk menjadi anggota perkumpulan yang eksklusif, seperti Tiong Hoa Hwee Koan untuk orang Tionghoa dan Indische Bond untuk orang Indo-Belanda. Pemerintah Hindia Belanda jelas juga tidak bisa diharapkan mau menolong dan memperbaiki nasib rakyat kecil kaum pribumi, bahkan sebaliknya, merekalah yang selama ini menyengsarakan kaum pribumi dengan mengeluarkan peraturan-peraturan yang sangat merugikan rakyat kecil.
Para pemuda itu akhirnya berkesimpulan bahwa merekalah yang harus mengambil prakarsa menolong rakyatnya sendiri. Pada waktu itulah muncul gagasan Soetomo untuk mendirikan sebuah perkumpulan yang akan mempersatukan semua orang Jawa, Sunda, dan Madura yang diharapkan bisa dan bersedia memikirkan serta memperbaiki nasib bangsanya. Perkumpulan ini tidak bersifat eksklusif tetapi terbuka untuk siapa saja tanpa melihat kedudukan, kekayaan, atau pendidikannya.
Pada awalnya, para pemuda itu berjuang untuk penduduk yang tinggal di Pulau Jawa dan Madura, yang untuk mudahnya disebut saja suku bangsa Jawa. Mereka mengakui bahwa mereka belum mengetahui nasib, aspirasi, dan keinginan suku-suku bangsa lain di luar Pulau Jawa, terutama Sumatera, Sulawesi, dan Maluku. Apa yang diketahui adalah bahwa Belanda menguasai suatu wilayah yang disebut Hindia (Timur) Belanda (Nederlandsch Oost-Indie), tetapi sejarah penjajahan dan nasib suku-suku bangsa yang ada di wilayah itu bermacam-macam, begitu pula kebudayaannya. Dengan demikian, sekali lagi pada awalnya Budi Utomo memang memusatkan perhatiannya pada penduduk yang mendiami Pulau Jawa dan Madura saja karena, menurut anggapan para pemuda itu, penduduk Pulau Jawa dan Madura terikat oleh kebudayaan yang sama.
Sekalipun para pemuda itu merasa tidak tahu banyak tentang nasib, keadaan, sejarah, dan aspirasi suku-suku bangsa di luar Pulau Jawa dan Madura, mereka tahu bahwa saat itu orang Manado di Sulawesi mendapat gaji lebih banyak dan diperlakukan lebih baik daripada orang Jawa. Padahal, dari sisi pendidikan, keduanya berjenjang sama. Itulah sebabnya pemuda Soetomo dan kawan-kawan tidak mengajak pemuda-pemuda di luar Jawa untuk bekerja sama, hanya karena khawatir untuk ditolak.

Budi Utomo
Pada hari Minggu, 20 Mei 1908, pada pukul sembilan pagi, bertempat di salah satu ruang belajar STOVIA, Soetomo menjelaskan gagasannya. Dia menyatakan bahwa hari depan bangsa dan Tanah Air ada di tangan mereka. Maka lahirlah Boedi Oetomo. Namun, para pemuda juga menyadari bahwa tugas mereka sebagai mahasiswa kedokteran masih banyak, di samping harus berorganisasi. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa "kaum tua"-lah yang harus memimpin Budi Utomo, sedangkan para pemuda sendiri akan menjadi motor yang akan menggerakkan organisasi itu.
Sepuluh tahun pertama Budi Utomo mengalami beberapa kali pergantian pemimpin organisasi. Kebanyakan memang para pemimpin berasal kalangan "priayi" atau para bangsawan dari kalangan keraton, seperti Raden Adipati Tirtokoesoemo, bekas Bupati Karanganyar (presiden pertama Budi Utomo), dan Pangeran Ario Noto Dirodjo dari Keraton Pakualaman.

Perkembangan
Budi Utomo mengalami fase perkembangan penting saat kepemimpinan Pangeran Noto Dirodjo. Saat itu, Douwes Dekker, seorang Indo-Belanda yang sangat properjuangan bangsa Indonesia, dengan terus terang mewujudkan kata "politik" ke dalam tindakan yang nyata. Berkat pengaruhnyalah pengertian mengenai "tanah air Indonesia" makin lama makin bisa diterima dan masuk ke dalam pemahaman orang Jawa. Maka muncullah Indische Partij yang sudah lama dipersiapkan oleh Douwes Dekker melalui aksi persnya. Perkumpulan ini bersifat politik dan terbuka bagi semua orang Indonesia tanpa terkecuali. Baginya "tanah air" (Indonesia) adalah di atas segala-galanya.
Pada masa itu pula muncul Sarekat Islam, yang pada awalnya dimaksudkan sebagai suatu perhimpunan bagi para pedagang besar maupun kecil di Solo dengan nama Sarekat Dagang Islam, untuk saling memberi bantuan dan dukungan. Tidak berapa lama, nama itu diubah oleh, antara lain, Tjokroaminoto, menjadi Sarekat Islam, yang bertujuan untuk mempersatukan semua orang Indonesia yang hidupnya tertindas oleh penjajahan. Sudah pasti keberadaan perkumpulan ini ditakuti orang Belanda. Munculnya gerakan yang bersifat politik semacam itu rupanya yang menyebabkan Budi Utomo agak terdesak ke belakang. Kepemimpinan perjuangan orang Indonesia diambil alih oleh Sarekat Islam dan Indische Partij karena dalam arena politik Budi Utomo memang belum berpengalaman.
Karena gerakan politik perkumpulan-perkumpulan tersebut, makna nasionalisme makin dimengerti oleh kalangan luas. Ada beberapa kasus yang memperkuat makna tersebut. Ketika Pemerintah Hindia Belanda hendak merayakan ulang tahun kemerdekaan negerinya, dengan menggunakan uang orang Indonesia sebagai bantuan kepada pemerintah yang dipungut melalui penjabat pangreh praja pribumi, misalnya, rakyat menjadi sangat marah.
Kemarahan itu mendorong Soewardi Suryaningrat (yang kemudian bernama Ki Hadjar Dewantara) untuk menulis sebuah artikel "Als ik Nederlander was" (Seandainya Saya Seorang Belanda), yang dimaksudkan sebagai suatu sindiran yang sangat pedas terhadap pihak Belanda. Tulisan itu pula yang menjebloskan dirinya bersama dua teman dan pembelanya, yaitu Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo ke penjara oleh Pemerintah Hindia Belanda (lihat: Boemi Poetera). Namun, sejak itu Budi Utomo tampil sebagai motor politik di dalam pergerakan orang-orang pribumi.
Agak berbeda dengan Goenawan Mangoenkoesoemo yang lebih mengutamakan kebudayaan dari pendidikan, Soewardi menyatakan bahwa Budi Utomo adalah manifestasi dari perjuangan nasionalisme. Menurut Soewardi, orang-orang Indonesia mengajarkan kepada bangsanya bahwa "nasionalisme Indonesia" tidaklah bersifat kultural, tetapi murni bersifat politik. Dengan demikian, nasionalisme terdapat pada orang Sumatera maupun Jawa, Sulawesi maupun Maluku.
Pendapat tersebut bertentangan dengan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa Budi Utomo hanya mengenal nasionalisme Jawa sebagai alat untuk mempersatukan orang Jawa dengan menolak suku bangsa lain. Demikian pula Sarekat Islam juga tidak mengenal pengertian nasionalisme, tetapi hanya mempersyaratkan agama Islam agar seseorang bisa menjadi anggota.
Namun, Soewardi tetap mengatakan bahwa pada hakikatnya akan segera tampak bahwa dalam perhimpunan Budi Utomo maupun Sarekat Islam, nasionalisme "Indonesia" ada dan merupakan unsur yang paling penting.


Read More......